Oleh:
Maedanu Fashola Putra (K2512077)
Listrik
telah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Listrik merupakan salah
satu bentuk energi yang paling banyak dan paling sering digunakan
untuk menjalankan berbagai macam kerja manusia. Dalam
perkembangannya, kebutuhan akan listrik terus mengalami peningkatan
seiring dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Banyak temuan
dibidang teknologi khususnya yang menggunakan listrik sebagai sumber
daya utama untuk dapat menyuplai energi pada temuannya tersebut.
Sebagai contoh, akhir – akhir ini dunia Ilmu pengetahuan dan
Teknologi telah berupaya untuk menciptakan mobil dengan bahan bakar
listrik sebagai pengganti bahan bakar fosil yang kin hari kian
menipis ketersediaannya di alam. Jika mobil listrik itu benar –
benar terealisasi maka ketergantungan akan listrik mengalami
peningkatan.
Peningkatan
kebutuhan akan listrik tentunya harus diimbangi dengan penyedia atau
pembangkit listrik itu sendiri. Jenis pembangkit listrik yang banyak
digunakan di Indonesia umumnya masih membutuhkan bahan bakar berupa
batu bara. Kondisi alam Indonesia memang kaya akan hasil bumi berupa
batu bara, akan tetapi seperti halnya Sumber Daya Alam (SDA) lain
terus mengalami penyusutan jumlahnya di alam. Penggunaan bahan bakar
batu bara untuk pembangkit listrik itu sendiri dinilai tidak efektif
jika dibandingkan dengan bhan bkar lainnya seperti minyak bumi, gas
alam hingga uranium (nuklir).
Sebuah
data yang saya peroleh dari laman resmi Batan (Badan Tenaga Nuklir
Indonesia), http://www.batan.go.id,
dan http://Indone5ia.files.wordpress.com
menunjukkan
ketidakefektifan dari pemakaian bahan bakar batubara. Dalam data
berikut disajikan beberapa penggunaan bahan bakar sebagai berikut ;
batu bara, minyak bumi, gas alam, dan nuklir. Data berikut
menunjukkan konsumsi bahan bakar yang diperlukan pembangkit listrik
dalam satu tahun dengan kapasitas yang dihasilkan 1000 MW (Mega
Watt).
Konsumsi
bahan bakar pembangkit listrik dalam 1 tahun dengan kapasitas listrik
1000 MW
Dari
data tersebut jelas terlihat bahan bakar nuklir adalah yang paling
efektif dari segi konsumsinya, akan tetapi di Indonesia masih saja
enggan menggunakan bahan bakar nuklir karena dinilai menimbulkan
resiko yang besar. Padahal jika dikelola dengan baik dan benar maka
tidak akan timbul dampak yang besar. Banyak negara besar yang sudah
mulai tergantung dengan bahan bakar nuklir untuk pembangkit listrik,
bahkan Negara Perancis 77% energi listrik yang dihasilkan dari
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sedangkan Negara Adidaya
Amerika Serikat mampu menghasilkan hingga 101.119 MW dari 104 PLTN.
Cara
Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Dalam
PLTN, terdapat satu atau lebih reaktor nuklir di dalamnya. Dalam
reaktor nuklir tersebut, berlangsung reaksi nuklir. Reaksi nuklir
tersebut menghasilkan panas yang tinggi. Panas ini yang kemudian
digunakan untuk menghasilkan listrik.
Pertama-tama
perlu diketahui bahwa di dalam Uranium
alam hasil
penambangan terkandung 3 jenis isotop, yaitu U-238 dengan kadar
99,285 % dan U-235 dengan kadar 0,715 % (isotop U-234 dengan kadar
yang sangat kecil). Dalam reaktor nuklir, U-235
berperan penting dalam proses reaksi fisi sehingga dapat menghasilkan
energi panas yang sangat besar yang berguna untuk memanaskan
air di reaktor sehingga menghasilkan uap air yang mampu
menggerakan generator dan menghasilkan listrik (proses pembangkitan
listrik pada PLTN). Sedangkan sebagian kecil U-238 yang mampu
menyerap neutron akan bereaksi menjadi Plutonium (18 kg U-238 akan
berubah menjadi plutonium, dan 8kg Plutonium akan bereaksi fisi dan
menghasilkan energi yang energi hasil reaksinya setara dengan energi
hasil reaksi fisi U-235) atau bereaksi fisi namun menghasilkan energi
yang tidak terlalu besar. (dalam 1 ton bahan bakar PLTN hanya 20 kg
U-238 yang mampu menyerap neutron, dan hanya 2 kg yang
menghasilkan energi dari reaksi fisi).
Perlu
diperhatikan disini bahwa di dalam reaktor nuklir, bahan bakar
Uranium yang digunakan dijaga agar tidak sampai terbakar atau
mengeluarkan api. Sebisa mungkin posisi bahan bakarnya diatur
sedemikian hingga agar nantinya hasil reaksi fisi ini masih bisa
diolah kembali untuk dijadikan bahan bakar baru untuk digunakan pada
teknologi PLTN di masa yang akan datang.
1
gram bahan bakar Uranium dapat menghasilkan energi listrik yang
setara dengan 3 ton bahan bakar batubara, atau 2000 liter minyak
bumi. Oleh karena energi yang dihasilkan Uranium sangat besar, bahan
bakar PLTN juga dapat menghemat biaya di pengakutan dan penyimpanan
bahan bakar pembangkit listrik.
Selanjutnya,
Dalam PLTN reaktor fusi, terjadi reaksi fusi di dalam reaktornya.
Reaksi fusi adalah reaksi penggabungan inti. Reaksi fusi dapat
menghasilkan energi yang lebih besar dengan bahan bakar yang mudah di
dapat dan tingkat polusi yang rendah. Bahan yang digunakan bisa
didapat dari air. Namun reaktor ini tidak dapat dibuat karena
diperlukan suhu sangat tinggi untuk keberlangsungan reaksi fusi.
Kondisi suhu ini yang tidak dapat dipenuhi.
No comments:
Post a Comment